PONDOK PESANTREN AL-JAUAHAREN. Jln.KH.Ahmad Majid. Tanjung Johor. Seberang Kota Jambi. Indonesia.
Al-Jauharen Cup Cup Cua Slideshow: Al-Jauharen’s trip to Jambi, Sumatra, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Jambi slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.

Persatuan dan Kesatuan Bangsa dan Agama


Secara khusus di Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan kumpulan masyarakat yang multi kultural dan pluralistik di dunia. Di Indonesia ada ratusan suku dan sub-suku dengan ciri khas sosio-kulturalnya masing-masing; mempunyai aneka ragam bahasa suku dan sub-suku; ada banyak cara penyembahan kepada Ilahi sesusai sikon hidup dan kehidupan; bahkan terdapat berbagai macam karakteristik manusia, dan seterusnya.
Pada landasan atau dasar utama perundang-undang di Indonesia, pendiri-pendiri bangsa telah melakukan suatu kesepakatan bersama yang tertuang dalam dan melalui UUD 45, bahwa negara menjamin kebebasan bangsa Indonesia untuk beragama; dan bukan menentukan rakyat memeluk salah satu atau hanya satu agama. Artinya, adanya peluang dan kesempatan seluas-luasnya untuk keseluruhan rakyat dan bangsa, agar bisa memeluk atau menjadi umat salah satu agama yang ada dan berkembang di Indonesia.
Ketika para penyebar agama masuk ke Indonesia dengan berbagai perbedaan kepentingan dan latar belakang. Mereka langsung berhadapan dengan berbagai pola, sistem, struktur hidup dan kehidupan sosial, budaya, penyembahan yang sudah ada sebelumnya. Atau, mereka berhadapan dengan kerohanian asli bangsa dan rakyat Nusantara. Dan tidak menutup kemungkinan, para penyebar agama tersebut, melakukan berbagai penyesuaian bahkan pencampuran ajaran agama dan unsur-unsur kebudayaan masyarakat suku dan sub-suku Indonesia.
Tingkat kemajuan dan perkembangan masyarakat Indonesia yang tidak seimbang juga menyumbang aneka perbedaan. Pada masyarakat, masih ditemukan kelompok yang tradisional-agraris; sementara yang lain sudah melompat ke tatanan industri serta tekhnologi sederhana; dan sebagian kecil sudah naik ketingkat tekhnologi tinggi dan informasi global. Keberadaan seperti itu bisa berdampak pada munculnya sikap menerima nasib karena tidak bisa mengejar kemajuan. Dan mereka yang tidak bisa mengejar kemajuan tersebut merupakan orang-orang yang paling mudah difungsikan sebagai alat kekerasan sosial, politik, etnis, dan agama.
Bersamaan dengan semuanya itu, faktor-faktor yang berhubungan identitas seperti agama, etnis, adat istiadat merupakan hal yang sangat penting pada masyarakat Indonesia, karena telah menjadi semacamya identitas bersama; maka dapat menjadi alat perekat untuk membangun bangsa. Atau pun, kekuatan untuk memperlihatkan keunggulan serta kelebihan dari komunitas yang lain. Akan tetapi, bisa menjadi kekuatan untuk merendahkan, meremehkan, merusak dan mengancam mereka yang berbeda agama, etnis, suku dan sub-suku. Di samping itu, diakui atau tidak, kemajemukan bangsa Indonesia, ada faktor-faktor yang menunjukkan keunggulan [dan juga sebaliknya] etnis, ras, agama, golongan sangat terasa gemanya di tengah-tengah hidup dan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Jika semua perbedaan itu ditambah lagi dengan perbedaan ajaran agama; kemudian terbungkus menjadi suatu paket perbedaan pada hidup dan kehidupan manusia, berbangsa, bernegara, maka Indonesia tidak akan menjadi bangsa yang maju, besar, dan diperhitungkan dalam pergaulan Internasional. Oleh sebab itu, agama-agama harus berperan bukan untuk memelihara aneka perbedan, melainkan mengembangkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Agama [tokoh agama, penguasa yang berbeda agama, dan program-program pelayanan kepada masyarakat dalam agama-agama] tidak lagi mementingkan kepentingan umatnya saja, tetapi semua bangsa dan rakyat Indonesia. Agama harus memberikan perhatian terhadap seluruh tatanan sosial masyarakat dalam rangka kebersamaan untuk membawa kemajuan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan. Dalam upaya untuk membawa kemajuan serta kesejahteraan masyarakat, para pemimpin kelompok agama bisa melampaui batas-batas sosial di dan dalam masyarakat. Karena umat beragama [pada satu agama] biasanya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, profesi, pendidikan, dan lain-lain.
Dalam konteks berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia yang pluralistik, agama-agama tidak perlu mewariskan berbagai kemajemukan masa kini sebagai sesuatu yang ditakuti dan dihindari. Umat beragama di Indonesia [terutama para pemimpin institusi keagamaan] selayaknya memperlihatkan agama sebagai rahmat atau anugerah TUHAN; Ia juga membiarkan adanya kepelbagaian sebagai salah satu tanda adanya dinamika hidup dan kehidupan. Ia adalah TUHAN yang Esa, dan keesaan-Nya adalah milik-Nya sendiri, tetapi manusia penuh kepelbagaian karena ia [mereka] adalah ciptaan-Nya. Sehingga umat beragama berani mengembangkan hidup dan kehidupan di tengah-tengah komunitas masyarakat yang berbeda agama dengannya, tanpa harus takut ditolak, tidak diterima, diejek, melainkan rasa aman serta tenteram.
Rasa aman dan tentram tersebut, tidak muncul tiba-tiba melainkan melalui suatu proses untuk mencapai pengenalan serta memahami satu dengan yang lain. Proses itu hanya bisa terjadi jika adanya dialog dan diskusi antar umat beragama. Dialog dan dan diskusi itu bukan untuk memperlihatkan pelbagai perbedaan ajaran, melainkan kebersamaan pandangan tentang aspek-aspek hidup dan kehidupan. Sekaligus mampu memahami agama orang lain dengan benar; serta meningkatkan ikatan persaudaraan sebagai rakyat dan bangsa Indonesia, yang membawa pada peningkatan kerjasama dalam berbagai bidang


Q teteskan air mata ketika q lihat wajahmu

Puisi Untuk Ibu

Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai

Ibu…..

Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah

Ibu…..

Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan Bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan

Namun…..
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu….

Ibu….

Aku sayang padamu…..
Tuhanku….
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya…..

The story of Heroes of Tuanku Imam Bonjol "Padri War Leader"

imam-bonjol-2Tuanku Imam Bonjol (TIB) (1722-1864), yang diangkat sebagai pahlawan nasional berdasarkam SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, 6 November 1973, adalah pemimpin utama Perang Paderi di Sumatera Barat (1803-1837) yang gigih melawan Belanda.

Selama 62 tahun Indonesia merdeka, nama Tuanku Imam Bonjol hadir di ruang publik bangsa: sebagai nama jalan, nama stadion, nama universitas, bahkan di lembaran Rp 5.000 keluaran Bank Indonesia 6 November 2001.
Namun, baru-baru ini muncul petisi, menggugat gelar kepahlawanannya. TIB dituduh melanggar HAM karena pasukan Paderi menginvasi Tanah Batak (1816-1833) yang menewaskan “jutaan” orang di daerah itu (http://www.petitiononline. com/bonjol/petition.html).
Kekejaman Paderi disorot dengan diterbitkannya buku MO Parlindungan, Pongkinangolngolan Sinamabela Gelar Tuanku Rao: Teror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak, 1816-1833 (2006) (Edisi pertama terbit 1964, yang telah dikritisi Hamka, 1974), kemudian menyusul karya Basyral Hamidy Harahap, Greget Tuanku Rao (2007).
Kedua penulisnya, kebetulan dari Tanah Batak, menceritakan penderitaan nenek moyangnya dan orang Batak umumnya selama serangan tentara Paderi 1816-1833 di daerah Mandailing, Bakkara, dan sekitarnya (Tempo, Oktober 2007).
Mitos kepahlawanan
Munculnya koreksi terhadap wacana sejarah Indonesia belakangan ini mencuatkan kritisisme terhadap konsep pahlawan nasional. Kaum intelektual dan akademis, khususnya sejarawan, adalah pihak yang paling bertanggung jawab jika evaluasi wacana historis itu hanya mengakibatkan munculnya friksi di tingkat dasar yang berpotensi memecah belah bangsa ini.
Ujung pena kaum akademis harus tajam, tetapi teks-teks hasil torehannya seyogianya tidak mengandung “hawa panas”. Itu sebabnya dalam tradisi akademis, kata-kata bernuansa subyektif dalam teks ilmiah harus disingkirkan si penulis.
Setiap generasi berhak menafsirkan sejarah (bangsa)-nya sendiri. Namun, generasi baru bangsa ini—yang hidup dalam imaji globalisme—harus menyadari, negara-bangsa apa pun di dunia memerlukan mitos-mitos pengukuhan. Mitos pengukuhan itu tidak buruk. Ia adalah unsur penting yang di-ada-kan sebagai “perekat” bangsa. Sosok pahlawan nasional, seperti Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Sisingamangaraja XII, juga TIB, dan lainnya adalah bagian dari mitos pengukuhan bangsa Indonesia.
Jeffrey Hadler dalam “An History of Violence and Secular State in Indonesia: Tuanku Imam Bondjol and Uses of History” (akan terbit dalam Journal of Asian Studies, 2008) menunjukkan, kepahlawanan TIB telah dibentuk sejak awal kemerdekaan hingga zaman Orde Baru, setidaknya terkait tiga kepentingan.
Pertama, menciptakan mitos tokoh hero yang gigih melawan Belanda sebagai bagian wacana historis pemersatu bangsa.
Kedua, mengeliminasi wacana radikalisme Islam dalam upaya menciptakan negara-bangsa yang toleran terhadap keragaman agama dan budaya.
Ketiga, “merangkul” kembali etnis Minang ke haribaan Indonesia yang telah mendapat stigma negatif dalam pandangan pusat akibat peristiwa PRRI.
Kita tak yakin, sudah adakah biji zarah keindonesiaan di zaman perjuangan TIB dan tokoh lokal lain yang hidup sezaman dengannya, yang kini dikenal sebagai pahlawan nasional.
Kita juga tahu pada zaman itu perbudakan adalah bagian sistem sosial dan beberapa kerajaan tradisional Nusantara melakukan ekspansi teritorial dengan menyerang beberapa kerajaan tetangga. Para pemimpin lokal berperang melawan Belanda karena didorong semangat kedaerahan, bahkan mungkin dilatarbelakangi keinginan untuk mempertahankan hegemoni sebagai penguasa yang mendapat saingan akibat kedatangan bangsa Barat. Namun, mereka akhirnya menjadi pahlawan nasional karena bangsa memerlukan mitos pemersatu.
Bukan manusia sempurna
Tak dapat dimungkiri, Perang Paderi meninggalkan kenangan heroik sekaligus traumatis dalam memori bangsa. Selama sekitar 20 tahun pertama perang itu (1803-1821) praktis yang berbunuhan adalah sesama orang Minangkabau dan Mandailing atau Batak umumnya.
Campur tangan Belanda dalam perang itu ditandai dengan penyerangan Simawang dan Sulit Air oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema awal April 1821 atas perintah Residen James du Puy di Padang. Kompeni melibatkan diri dalam perang itu karena “diundang” kaum Adat.
Pada 21 Februari 1821 mereka resmi menyerahkan wilayah darek (pedalaman Minangkabau) kepada Kompeni dalam perjanjian yang diteken di Padang, sebagai kompensasi kepada Belanda yang bersedia membantu melawan kaum Paderi. Ikut “mengundang” sisa keluarga Dinasti Pagaruyung di bawah pimpinan Sultan Muningsyah yang selamat dari pembunuhan oleh pasukan Paderi yang dipimpin Tuanku Pasaman di Koto Tangah, dekat Batu Sangkar, pada 1815 (bukan 1803 seperti disebut Parlindungan, 2007:136-41).
Namun, sejak awal 1833 perang berubah menjadi perang antara kaum Adat dan kaum Agama melawan Belanda. Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB)— transliterasinya oleh Sjafnir Aboe Nain (Padang: PPIM, 2004), sebuah sumber pribumi yang penting tentang Perang Paderi yang cenderung diabaikan sejarawan selama ini—mencatat, bagaimana kedua pihak bahu-membahu melawan Belanda.
Pihak-pihak yang semula bertentangan akhirnya bersatu melawan Belanda. Di ujung penyesalan muncul kesadaran, mengundang Belanda dalam konflik justru menyengsarakan masyarakat Minangkabau sendiri.
Dalam MTIB, terefleksi rasa penyesalan TIB atas tindakan kaum Paderi atas sesama orang Minang dan Mandailing. TIB sadar, perjuangannya sudah melenceng dari ajaran agama. “Adapun hukum Kitabullah banyaklah yang terlampau dek oleh kita. Bagaimana pikiran kita?” (Adapun banyak hukum Kitabullah yang sudah terlangkahi oleh kita. Bagaimana pikiran kalian?), tulis TIB dalam MTIB (hal 39).
Penyesalan dan perjuangan heroik TIB bersama pengikutnya melawan Belanda yang mengepung Bonjol dari segala jurusan selama sekitar enam bulan (16 Maret-17 Agustus 1837)—seperti rinci dilaporkan De Salis dalam Het einde Padri Oorlog: Het beleg en de vermeestering van Bondjol 1834-1837: Een bronnenpublicatie [Akhir Perang Paderi: Pengepungan dan Perampasan Bonjol 1834-1837; Sebuah Publikasi Sumber] (2004): 59-183—mungkin dapat dijadikan pertimbangan untuk memberi maaf bagi kesalahan dan kekhilafan yang telah diperbuat TIB.
Kini bangsa inilah yang harus menentukan, apakah TIB akan tetap ditempatkan atau diturunkan dari “tandu kepahlawanan nasional” yang telah “diarak” oleh generasi terdahulu bangsa ini dalam kolektif memori mereka. (Kompas 10/11/2007 Oleh Suryadi, Dosen dan Peneliti pada Opleiding Talen en Culturen van Zuidoost-AziĆ« en OceaniĆ«, Universiteit Leiden, Belanda).
Alkisah setan ingin bunuh diri karena frustasi :D

Setanpun ga melulu berwujud mengerikan, bisa jadi wujudnya justru malah menarik :)

Menurut setan, bulan puasa = bulan penuh akting!

Setan selalu jadi kambing hitam di setiap aksi kejahatan yang dilakukan manusia.

Tapi sekarang ini, setan merasa eksistensinya digeser oleh manusia.. kekerasan sesama anak manusia bukan lagi berasal dari dorongan setan, namun sebuah “perintah Tuhan” ..

Tapi disisi lain, usaha setan beribu-ribu tahun cukup membuahkan hasil, buktinya manusia sekarang bisa berperilaku seperti setan tanpa harus diajari, tanpa harus digoda2 lagi. Kerja setan pun jadi lebih ringan bahkan dengan sendirinya, manusiapun secara terang-terangan memfitnah Tuhan!

Tapi dari lubuk hati terdalam, setan pun sebenernya sedih juga karena selalu dijadikan kambing hitam oleh manusia-manusia pelaku kejahatan, makanya dia mau bunuh diri saja :D

Setan pun protes pada Tuhan, dia baru sekali membangkang perintah Tuhan, tapi sudah dilaknat seumur hidupnya. Sedangkan manusia, BERAPA KALI membangkang perintah Tuhan? Tetap saja manusia disebut sebagai makhluk yang paling sempurna . Betapa sayangnya Tuhan dengan mahluk ciptaan-Nya yang bernama manusia :)

Setan memang lihai berbicara, tapi manusia lebih licin dalam berkata-kata :D

Dan semua akan kembali kepada-Nya .

Sejarah Pondok Pesantren Al-jauharen

Pondok Al-Jauharen yang didirikan oleh Al-Alimul Alamah Syeh H. Usman Bin Haji Aji pada tahun 1300 H bertepatan pada tahun 1872 Mdi sungai Asam Darat selanjutnya Pondok Al-Jauharen pindah dari sungai asam darat ke Tanjung Johor pada tahun 1305 H bertepatan pada tahun1877 M. Sebelum didirikan bangunan Maktabah Al-Jauharen, beliau mengajar para santri di rumah dengan bertambahnya santri tersebut maka pengajian santri di pindahkan ke masjid guru H. Abdul Kafi Bin H. Abu Bakar Tanjung Johor ± 29 tahun berada di tanjung johor tepatnya 1 Dzulkaedah tahun 1333 H bersamaan tahun 1915 M beliau mendirikan persatuan kematian yang dinamakan "Samaratul Insan" yang berarati "manusia yang berguna" yang beranggotakan:
  1. Guru H. Abdul Somad Bin Ibrahim Khop Penghulu Jambi
  2. Guru H. Ibrahim Bin H. Abdul Majid Kampoeng tengah
  3. Guru H. Ahmad Bin Abdul Syukur Tahtul Yaman
  4. Guru H. Usman bin H. Ali Tnjung Johor
  5. Guru H. Kms. Muhammad Saleh Bin Kms. H. Muhammad Yasin Tanjung Pasir
  6. Sayyid Alwi Bin Muhammad Sihab Pasar Jambi
Kemudian ± 12 tahun setelah diririkan persatuan kematian samaratul insan tepatnya pada tahun 1346 H bersamaan 1927 M dengan izi Allah SWT sepakatlah masyarakat tanjung johor membangun gedung maktab Al-Jauharen.setelah didirikannya bangunan maktab Al-Jauharen beliaupun sudah tua maka diserahkanlah kepemimpinan maktab Al-Jauharen kepada guru H. Abdul Majid Bin Hamzah selanjutnya pada tahun 1938 M masyarakat Tanjung Johor sepakat untuk membangun kembali masjid Guru H. Abdul Kafi yang sekarang dipimpin oleh Guru H. Jamaludin Abdullah. Salah satu bukti peninggalan barupa Mimbar dan tongkat besi yang ada sekarang berasal dari masjid Jami' sungai asam darat setelah meningalnya H. Abdul Majid Bin Hamzah pimpinan maktab Al-Jauharen pada masa itu. Kemudian kepimpinan diserahkan kepada guru H. Jamaludin Abdullah sampai pada tahun 1940 M. dan dilanjutkan kepemimpinan maktab Al-juaharen kepada guru H. Ahmad Zein Bin najhun 1962 s/d 1966. Dan pada tahun 1967/ s/d 1975 kepemimpinan maktab Al-juaharen dikembalikan lagi kepada guru muhammad tahir ja'far pada 1975 s/d 1981. kemudian pada tahun 1982 s/d 1989 kepemimpinan maktab Al-juaharen diserahkan kembali kepada guru H. Mahfuz jalil, dan sampai akhir tahun 1989 mengalami kefakuman ( tidak erjalan sebagaimana mestinya ).
Maka pada tahun 2003 atas dorongan para ulama dan tokoh masyarakat tanjung johor, dan di prakarsai para pemuda sepakata untuk mengaktifkan kembali maktabah Al-Jauharen yang sangat di cintai namun dengan format yang lebih baik yang sesuai dengan tuntunan perkembangan zaman yang mengarah pada arti nama Al-Jauharen yaitu: "Dua Mutiara". Mutiara yang di maksud adalah Mutia ra dunia dan mutiara akhirat (pendidikan umum dan agama) format yang baru ini dikenal dengan nama pondok pesantren Al-jauharen adapun sistem pendidkan yang di gunakan adalahpara guru agama yang rata-rata lulusan dari pesantren dan langsung dbibimbing oleh KH. Sirojuddin H. Muhammad sedangkan kurukulum kholafiah (umum) merupakan ketentuan dari DIKNAS.
perkembangan pondok pesantren al-jauharen dengan format yang terbaru di kembangkan oleh guru KH. Sirojuddin H. Muhammad sebagai pimpinan membuahkan hasil pada perkembangan pondok yang terus mengalami kemajuan dengan jumlah santri yang semakin meningkat. peningkatan kuantitas dan kualitas pondok pesantren al-jauharen ini di harapka bisa berdampak baik bagi kemajuan agama dan bangsa indonesia.
Amiiiiiin.......


Penasehat :
Gr. KH. Sirojuddin HM
Gr. A. Rozak Thalib
Gr. H Ahmad Karimuddin H Muhammad
Ust. Syihabuddin Chodori, S.Ag

Steve Jobs dan Kematian: iPhone dan iMuslim

Siapa yang tak kenal Steve Jobs? Si Jenius di balik suksesnya perusahaan teknologi Apple (juga Pixar) ini bisa disepadankan dengan Bill Gates, si Jenius lain di balik suksesnya Microsoft. Keduanya adalah inovator dengan segudang ide brilian dan karya yang mengubah dunia. Dunia maya dengan aneka perangkat dan aksesorinya tak lepas dari buah karya mereka berdua.
Tanggal 5 Oktober 2011, Steve Jobs meninggal dalam usia 56 tahun setelah terdiagnosa kanker pankreas 7 tahun silam.
iPhone menjadi penentu tren ketika ia memperkenalkannya ke masyarakat dunia di awal tahun 2007. Telepon pintar dengan layar sentuhnya itu benar-benar memukau penggemar teknologi dan terjual lebih dari 100 juta keping. Bagaimana ia memperagakan kecanggihan iPhone dengan menggerakkan jari telunjuknya di atas layar untuk menekan tombol atau menggeser tampilan layar dan memperbesar gambar, segera menjadi inspirasi bagi perusahaan lain untuk menghasilkan teknologi dan tampilan serupa. Kini, jutaan produk lain telah muncul dengan berkiblat kepada kesuksesan iPhone.
Jutaan orang telah merasakan manfaat dari karya dan inovasi Steve Jobs. Ide-idenya pun mungkin akan terus menginspirasi orang lain sepeninggalnya. Bagi Steve Jobs sendiri, kesuksesannya itu tentu telah ia rasakan hasilnya di dunia ini. Kekayaannya tak perlu ditanyakan lagi karena kini perusahaan Apple telah mengungguli Microsoft dan menjadi nomor dua perusahaan teknologi terbesar di bawah Exxon Mobile.
Ya, bagi mereka yang menginginkan kesuksesan di dunia ini, Steve Jobs pantas untuk ditiru. Prinsip dan gaya manajerial serta inovasinya sangat khas.
Ia berani gagal: ia pernah didepak dari Apple di masa kejayaannya pada 1985. Tidak semua produk inovasinya sukses di pasaran. Kesuksesan iPhone dianggap sebagian orang meng-kanibali, memakan korban iPod yang telah sukses sebelumnya.
Ia berani sempurna: lihatlah desain-desain produk Apple, sangat keren, sederhana namun elegan. Untuk hal ini ia berani menyewa para ahli desain dan mencoba prototipe produknya hingga maksimal. Para insinyur perancang iPod harus semalaman mengganti colokan headphone berulang-ulang karena Steve Jobs menganggap ‘klik’-nya kurang pas.
Ia tak pernah berhenti belajar: ketika dikeluarkan dari Apple, ia membuat perusahaan baru, tidak hanya bergerak di bidang komputer tetapi juga desain grafis. Ia mempelajari bagaimana Sony mendesain jenis huruf, tata letak dan berat kertas dalam pengepakan produknya. Ia berkeliling ke halaman parkir untuk mempelajari desain badan mobil Jerman dan Italia ketika memikirkan bentuk iMac.
Ia suka kesederhanaan: dalam desain produknya, salah satu elemen utama adalah sederhana, bersih namun elegan. Ia pernah memerintahkan perancang iPod untuk melepas semua tombol termasuk on/off pada desain awal. Para perancang mengeluh, namun akhirnya mereka menemukan ‘roda gulung’ (tombol melingkar) yang menjadi ikon iPod itu.
Kanker yang dideritanya sepertinya memberi kesan mendalam bagi Steve Jobs pribadi. Ia mulai memikirkan kematian, arti kekayaan dan kesuksesan yang sebenarnya. Dalam pidatonya di Universitas Stanford pada 2005, ia menyampaikan sebuah pernyataan indah di bagian akhir:
Karena hampir segalanya – semua harapan dan pujian dari luar, semua kebanggaan, semua ketakutan akan malu atau kegagalan – semua ini akan sirna di depan kematian, meninggalkan hanya satu yang benar-benar penting… Tak ada alasan untuk tidak mengikuti nuranimu.
Hati kecil atau nurani manusia itu cenderung kepada kebaikan dan petunjuk dari Allah, karena sebenarnya ketika kita masih di alam ruh, sebelum dilahirkan melalui rahim ibu kita, Allah telah mengambil sumpah kepada kita semua:
Dan ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari (tulang) belakang mereka dan Dia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri: Bukankah Aku Tuhan kamu? Mereka semua menjawab: Benar, kami menjadi saksi. Yang demikian supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak: Sesungguhnya kami adalah lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini. (Al Isra: 127)
Tak ada alasan untuk tidak mengikuti nuranimu, demikian ujar Steve Jobs. Ungkapan ini mengingatkan kita kepada nasehat Rasulullah saw.:
Dari Wabishah bin Ma’bad ra, ia berkata, “Saya mendatangi Rasulullah saw, lalu beliau bertanya, ‘Engkau datang untuk bertanya tentang kebajikan?’ Saya menjawab,’Ya.’ Beliau bersabda,Mintalah fatwa kepada hatimu; kebajikan adalah sesuatu yang jiwamu tenteram kepadanya dan hatimu menjadi tenang, dan dosa adalah sesuatu yang mengganjal di dalam jiwa dan ragu di dada, meski manusia memberi fatwa kepadamu’” (Imam Nawawi berkata, “Hadits hasan, kami meriwayatkannya dalam dua kitab Musnad; Ahmad bin Hanbal dan Ad-Darimi dengan isnad hasan“).
Jika saja Steve Jobs seorang muslim, semua karya, inovasi dan ide-idenya akan menjadi ladang pahala yang tak terkira besarnya. Ia bisa menjadi salah satu dari muslim terbaik sebagaimana yang disabdakan Rasulullaah saw.:
Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya, baik amalnya. (HR. Ahmad).
Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. (HR Bukhari)
Sayang beribu sayang, Steve Jobs bukanlah seorang muslim. Belum pernah terdengar kabar berita bahwa ia menemukan hidayah agama yang lurus ini. Wallahu a’lam. Dari silsilahnya, sebenarnya ia memiliki ayah seorang imigran, mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Wisconsin asal Suriah, Abdulfattah Jandali. Namun ia kemudian diadopsi oleh keluarga Jobs di San Fransisco.
Perumpamaan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (Ibrahim: 18)
Semoga kita bisa mengambil hikmah dan ibrah dari kisah ini

Gagal atau Sukses

 
Ya, ketakutan sekali dengan kata gagal. Gak tau kenapa, hanya miris ketika mendengar kata itu, apalagi ketika saya mendapat kegagalan itu sendiri.
kita tau hidup itu bagaikan roda, kadang di atas, kadang di bawah. kita juga tau dan sadar bahwa Sang Maha Pencipta pun sayang terhadap semua umatnya, Dia pasti memberikan segala yang terbaik bagi umatnya. Tapi salahkah kita kalau kita takut gagal?
Sampai saat ini kita selalu bisa meraih apa yang kita inginkan, tentunya atas bantuan-Nya. Dan ini bukan berarti kita tidak pernah mengalami kegagalan barang sekali saja. Ya, kita beberapa kali gagal, tapi itu dalam hal kecil yang tidak berpengaruh besar dalam hidup kita.
Tapi sekarang? Ketika suatu hal besar dihadapkan kepada kita, dan mungkin ini akan merubah hidup kita. kita benar-benar takut gagal. kita takut kegagalan datang menghampiri kita kali ini. Walau kita optimis kita bisa.  Ya kita tau kalau kita terlalu berambisi, berapi-api, tapi itu lah kita. Ketika kita menginginkan sesuatu dan kita yakin akan hal itu, kita akan berusaha untuk mendapatkannya, apapun itu.
Hanya ada dua kata, sukses atau gagal. Dan semua orang pasti menginginkan kata sukses menghampiri kita, dan meninggalkan kata gagal jauh-jauh dibelakang. kita pun begitu. Yang bisa kita perbuat sekarang hanya berusaha, berusaha dan berusaha. Sisanya hanya berserah kepada-Nya.
kita yakin apapun yang diberikan-Nya kepada saya adalah yang terbaik untuk kita. Karna Dia tidak selalu memberikan apa yang kita minta, tapi selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Semua akan indah pada waktunya. Amien.

Saat bingung memilih pasanagn !!

Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Hal itu dikenal dalam Islam yang namanya 'kufu' ( layak dan serasi ), dan seorang wali nikah berhak memilihkan jodoh untuk putrinya seseorang yang sekufu, meski makna kufu paling umum dikalangan para ulama adalah seagama. 

Namun makna-makna yang lain seperti kecocokan, juga merupakan makna yang tidak bisa dinafikan, dengan demikian PROSES MEMILIH ITU TERJADI PADA PIHAK LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN. Disisi lain bahwa memilih pasangan hidup dengan mempertimbangkan berbagai sisinya, asalkan pada pertimbangan-pertimbangan yang wajar serta Islami, merupakan keniscayaan hidup dan representasi kebebasan dari Allah yang Dia karuniakan kepada setiap manusia, termasuk dalam memilih suami atau istri. Aisyah Ra berkata, "Pernikahan hakikatnya adalah penghambaan, maka hendaknya dia melihat dimanakah kehormatannya akan diletakkan"

Rasulullah pun bersabda, "Barang siapa yang menjodohkan kehormatannya dengan orang yang fasik maka dia telah memutus rahimnya" (HR Ibnu Hibban). Nabi juga pernah memberikan pertimbangan kepada seorang sahabiyah yang datang kepadanya seraya minta pertimbangan atas dua orang yang akan melamarnya, lalu Nabi menjawab, "Adapun Muawiyah bin Abi sufyan dia sangat ringan tangan (alias gampang memukul), adapun yang lainnya adalah orang yang fakir tidak memiliki harta yang banyak." Lalu Nabi menikahkannya dengan Zaid bin Haritsah.

Dan untuk memantapkan pilihan, terutama dari berbagai alternatif sebaiknya melakukan shalat istikhorah baik di tengah malam maupun di awalnya, dan lakukan secara berkali-kali. Jika telah dilakukan berkali-kali maka KEMANTAPAN YANG ADA ITULAH YANG INSYA ALLAH MERUPAKAN PETUNJUK-NYA, DAN ITULAH YANG LEBIH DIIKUTI. Tetapi perlu diingat, bahwa informasi yang dominan pada diri seseorang sering yang lebih berpengaruh terhadap istikhorah, oleh karena itu perlu dilakukan berkali-kali. Dan untuk membedakan apakah itu keputusan yang dominan adalah selera semata atau dominasi istikharah agak sulit, kecuali dengan berkali-kali, sekalipun salah satu tanda bahwa itu adalah petunjuk dari Allah adalah dimudahkannya urusan tersebut, tetapi hal tersebut bukan satu-satunya alamat yang mutlak.

Juga apabila persoalan apakah diri kita jual mahal atau tidak tergantung pada niat dan representasinya, karena itu Rasulullah menegaskan, "Sesungguhnya segala pekerjaan membutuhkan niat dan pekerjaan seseorang sangat dipengaruhi oleh niat. Barang siapa yang niatnya kepada Allah maka dia (dalam representasinya) akan sesuai dengan Allah dan Rasulnya, dan barang siapa yang niatnya kepada dunia atau wanita maka (representasinya) akan sesuai apa yang diniatkan" (Muttafaq alaih). 

Untuk menghindarkan tuduhan itu maka buktikan dalam representasi kita sehari-hari, sebagai contoh bahwa tuduhan itu akan benar jika memang salah satu kebiasaan kita adalah chatting dengan teman-teman baru yang notabenenya lebih banyak para laki-laki untuk seorang perempuan, dan sebaliknya, berbeda misalnya kalau teman yang kita ajak chatting adalah para wanita atau dalam bahasa yang digunakan bersifat umum, tidak ada yang rahasia sehingga tidak khawatir kalau harus dibaca orang. Ini hanya sekelumit contoh yang barangkali kurang tepat untuk yang bingung memilih pasangannya. Tapi ada hal yang cukup penting untuk diketahui bahwa UNTUK MENGENAL SESEORANG TENTU TIDAK CUKUP DENGAN BERKOMUNIKASI SESAAT. 

Pernah suatu hari Sahabat Umar bin al-Khattab mendengar seseorang memuji orang lain hingga Umar agak merasa keheranan lalu Umar bertanya, "Apakah kamu pernah bepergian dengannya?" Jawab orang tadi, "Belum." "Apakah kamu pernah bertransaksi dengannya?" Jawab orang tadi, "Belum." "Apakah kamu pernah bertetangga dengannya?" Jawab orang tadi, "Belum." "Apakah kamu pernah melihatnya dia melakukan shalat?" Jawab orang tersebut, "Ya, aku melihat dia rajin shalat, menunaikannya sesuai dengan waktunya." Lalu kata Umar, "Kalau begitu anda belum kenal dengan baik orang tersebut." Tetapi untuk mengenali tiga poin pertama dari empat poin tersebut bisa dilakukan dengan cara MENANYAKAN ORANG YANG PALING DEKAT DENGANNYA, DAN YANG DAPAT DIPERCAYA. 

Adapun bila kita dihadapkan suatu pilihan lebih dari satu, tentu sewajarnya seorang akan memilih yang terbaik baginya, meskipun PILIHAN TERBAIK BAGINYA TIDAK SELALU IDENTIK DENGAN PILIHAN YANG TERBAIK BAGI UMUM, KARENA SESEORANG TENTU MEMILIKI PERTIMBANGAN YANG SANGAT KHUSUS YANG TIDAK DIMILIKI ORANG LAIN. 

Dari uraian diatas, kebingungan untuk memilih pasangan hidup dapat diatasi dengan beberapa tips berikut ini,
  1. pilihlah karena agamanya,
  2. kenali dengan cara menanyakan kepada orang yang paling dekat dengannya dan dapat kita percaya,
  3. letakkan niat pada tempat yang benar, karena segala perbuatan membutuhkan dan sangat dipengaruhi niat,
  4. sholat istikhorah untuk mohon petunjuk kepada Allah juga patut dilakukan,
  5. apabila semua ini telah dilakukan, maka pasrahkan diri kepada Allah SWT akan keputusan-Nya, jangan keluh kesah, karena itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah,
  6. dan terakhir, jangan bosan untuk berbekal ilmu pernikahan :), karena berbekal ilmu adalah lebih baik daripada tidak membekali diri pada saat masuk ke dunia yang baru. 
Masalah jodoh hanya Allah yang tahu, siapa pasangan kita sebenarnya, itulah rahasia Allah. Kita hanya diminta untuk berusaha, dan Allah-lah penentunya, terkadang Dia menentukan pilihan-Nya itu diluar dugaan dan rasio kita sebagai seorang manusia, tapi itulah ketentuan Allah. Jika memang harus menerima kenyataan di luar kehendak kita, maka ingatlah untuk tidak sembarangan memberikan cinta kepada siapapun, karena kadar cinta kita kepada Allah harus lebih tinggi dari itu semua. Yang terbaik menurut Allah, itulah yang paling utama.
Selamat berjuang akhi, selamat berjuang ukhti..., mulailah dengan bismillah dan niat yang benar, insya Allah, ridho-Nya akan selalu menghampiri, dan semoga Allah selalu memudahkan urusan antum.
Wallahu alam bi showab,

TULISLAH 100 TARGET ANDA DI ATAS KERTAS…!!!

“Nun. Demi Pena dan Apa yang Mereka Tuliskan”
Kalimat di atas merupakan petikan Firman Allah SWT Surat Al-Qalam (61) ayat 1. Dapat kita renungkan kembali bahwa dalam agamapun, menulis menjadi hal yang diperhatikan. Menulis dapat menjadi sarana kita untuk menggapai cita-cita
Berikut ini merupakan penggalan kisah nyata, dari kekuatan jejak-jejak mimpi, yang tertulis dalam lembaran kertas berisi masa depan. Mungkin ada sebagian dari Anda pernah membaca, mendengar, menonton kisah ini. Tapi izinkan saya untuk mengulas kembali, agar nantinya kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.
Insya Allah, pada bulan Juni 2004, seorang pemuda memberanikan diri merantau ke Bogor, untuk menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor. Ia disambut oleh panitia pagi Anaba DKM Al-Hurriyah di gedung Graha Widya Wisuda. Akhirnya pertemuan tersebut hingga mengantarkan pemuda itu ke acara tarbiyah, yakni kajian keislaman yang diadakan di Masjid Al-Hurriyah. Pemuda itu dengan seksama menyimak perkataan sang pembicara waktu itu.
“Tuliskanlah mimpi-mimpi anda secara nyata. Jangan Anda tulis di dalam ingatan saja. Karena pasti Anda akan lupa. Tuliskanlah secara nyata.
            TULISLAH 100 TARGET ANDA DI ATAS KERTAS.
            Hingga suatu hari nanti, yang Anda lihat dari 100 target itu hanyalah coretan. Coretan karena Anda telah mencapainya”

            Maka, pemuda tersebut menuliskan 100 targetnya di atas dua lembar kertas, dan menempelkannya di dinding kamarnya. Teman-temannya yang melihat itu menertawakannya. Namun pemuda tersebut tidak peduli. Ia terus berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya. Hingga suatu saat ia sadar, bahwa satu persatu ia telah mencoret target-target yang telah dicapainya.
Ia menuliskan mimpinya untuk ikut Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas), lalu setahun kemudian ia berada di Malang untuk mengikuti Pimnas, dan berlanjut sampai tahun 2007 mengikuti Pimnas di Lampung. Kemudian ia menuliskan untuk bisa menyelami bawah laut, akhirnya ia berhasil mewujudkannya dan mendapatkan sertikat internasional dalam SCUBA Driver A-1.
Ia juga menuliskan targetnya untuk mengikuti Kafilah MTQ (Membaca Tulis Quran) IPB, dan lagi-lagi dua tahun kemudian ia bisa ikut Kafilah  IPB di UNSU-Palembang. Bahkan pemuda tersebut menjadi salah satu yang terbaik di sana.

“Seindah apapun rencana kita, jauh lebih indah rencana Allah untuk kita” – DAP

Pemuda tersebut menargetkan menjadi yang terbaik di kelas, tapi ternyata ia bisa menjadi menjadi berprestasi se IPB, bahkan sampai di tingkat nasional. Maka, nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan?
Sebagian dari Anda mungkin mengira, pemuda tersebut pasti IP-nya selalu 4,00. Nilai ujiannya pasti selalu sempurna. Nyatanya, pemuda tersebut pernah mendapatkan indeks prestasi hanya 2.7. Nilai ujian pun banyak yang mendapatkan nilai C.Bahkan mengulang ujian pun pernah.
Kalau Anda mengira, pemuda tersebut pasti anak orang kaya, yang selalu bisa membeli apapun yang diinginkannya. Maka Anda SALAH. Pemuda tersebut hanya dari golongan keluarga sederhana. Bahkan ia pernah bekerja sambilan sebagai tukang sapu dan mengajar.
We are put in situations to build our character. Not to destroy us!!! – Nick Vujicic

Lalu target ke-83, yang pemuda itu tuliskan adalah- Ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri- dengan berhasilnya mengantarkan ia untuk menjejakkan mimpi-mimpinya di negeri sakura, negeri matahari terbit. Untuk bisa merasakan musim gugur (Aki), musim salju (fuyu), musim semi (haru) dan musim panas (natsu).
Sekali lagi, maka nikmat Tuhan-mu manakah yang kamu dustakan?

So, teman-teman sekalian. Mulai sekarang, tulislah apa yang menjadi mimpi-mimpi anda. Tulislah apa yang menjadi target anda untuk hidup anda. Jika 100 target anda rasa kurang, anda dapat menuliskan 200, 300 bahkan sampai 100 target. Tapi hal yang mesti kita ingat adalah, there’s no quick way! Menulis tanpa effort yang berarti tidak akan mengubah apa-apa. Tidak akan membuat kita bisa mencoret target-target kita tadi karena kita telah mencapainya. Maka, Make it happen!
Dan semuanya kembali kepada diri Anda masing-masing. It’s up to you.
Terimakasih

Asma’ul Husna artinya Nama-nama yang baik. Dalam Islam disebutkan Allah memiliki 99 nama yang baik yang tertulis di dalam Al Qur’an.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi s.a.w bersabda:
“Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, yaitu 100 kurang satu. Siapa yang menghafalnya akan masuk syurga.” Sahih Bukhari.

“Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai asma’ul husna (nama-nama yang baik).” - (Thaa-Haa:8)
Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa’ul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu” - (Al Israa’: 110)
“Allah memiliki Asma’ ulHusna, maka memohonlah kepadaNya dengan menyebut nama-nama yang baik itu…” - (QS. Al A’raaf : 180)

Asma’ul Husna dengan tulisan Arab bisa didownload di sini.
1. Allah
2. Ar-Rahman - Maha Pemurah
3. Ar-Rahim - Maha Penyayang
4. Al-Malik - Maha Merajai/Pemerintah
5. Al-Quddus - Maha Suci
6. As-Salam - Maha Penyelamat
7. Al-Mu’min - Maha Pengaman
8. Al-Muhaymin - Maha Pelindung/Penjaga
9. Al-’Aziz - Maha Mulia/Perkasa
10. Al-Jabbar - Maha Pemaksa
11. Al-Mutakabbir - Maha Besar
12. Al-Khaliq - Maha Pencipta
13. Al-Bari’ - Maha Perancang
14. Al-Musawwir - Maha Menjadikan Rupa Bentuk
15. Al-Ghaffar - Maha Pengampun
16. Al-Qahhar - Maha Menundukkan
17. Al-Wahhab - Maha Pemberi
18. Ar-Razzaq - Maha Pemberi Rezeki
19. Al-Fattah - Maha Pembuka
20. Al-’Alim - Maha Mengetahui
21. Al-Qabid - Maha Penyempit Hidup
22. Al-Basit - Maha Pelapang Hidup
23. Al-Khafid - Maha Penghina
24. Ar-Rafi’ - Maha Tinggi
25. Al-Mu’iz - Maha Pemberi Kemuliaan/Kemenangan
26. Al-Muthil - Maha Merendahkan
27. As-Sami’ - Maha Mendengar
28. Al-Basir - Maha Melihat
29. Al-Hakam - Ma! ha Menghukum
30. Al-’Adl - Maha Adil
31. Al-Latif - Maha Halus
32. Al-Khabir - Maha Waspada
33. Al-Halim - Maha Penyantun
34. Al-’Azim - Maha Agong
35. Al-Ghafur - Maha Pengampun
36. Ash-Shakur - Maha Pengampun
37. Al-’Aliyy - Maha Tinggi Martabat-Nya
38. Al-Kabir - Maha Besar
39. Al-Hafiz - Maha Pelindung
40. Al-Muqit - Maha Pemberi Keperluan
41. Al-Hasib - Maha Mencukupi
42. Aj-Jalil - Maha Luhur
43. Al-Karim - Maha Mulia
44. Ar-Raqib - Maha Pengawas
45. Al-Mujib - Maha Mengabulkan
46. Al-Wasi’ - Maha Luas Pemberian-Nya
47. Al-Hakim - Maha Bijaksana
48. Al-Wadud - Maha Pencinta
49. Al-Majid - Maha Mulia
50. Al-Ba’ith - Maha Membangkitkan
51. Ash-Shahid - Maha Menyaksikan
52. Al-Haqq - Maha Benar
53. Al-Wakil - Maha Berserah
54. Al-Qawiyy - Maha Memiliki Kekuatan
55. Al-Matin - Maha Sempurna Kekuatan-Nya
56. Al-Waliyy - Maha Melinuingi
57. Al-Hamid - Maha Terpuji
58. Al-Muhsi - Maha Menghitung
59. Al-Mubdi’ - Maha Memulai/Pemula
60. Al-Mu’id - Maha Mengembalikan
61. Al-Muhyi - Maha Menghidupkan
62. Al-Mumit - Maha Mematikan
63. Al-Hayy - Maha Hidup
64. Al-Qayyum - Maha Berdiri Dengan Sendiri-Nya
65. Al-Wajid - Maha Menemukan
66. Al-Majid - Maha Mulia
67. Al-Wahid - Maha Esa
68. As-Samad - Maha Diminta
69. Al-Qadir - Maha Kuasa
70. Al-Muqtadir - Maha Menentukan
71. Al-Muqaddim - Maha Mendahulukan
72. Al-Mu’akhkhir - Maha Melambat-lambatkan
73. Al-’Awwal - Maha Pemulaan
74. Al-’Akhir - Maha Penghabisan
75. Az-Zahir - Maha Menyatakan
76. Al-Batin - Maha Tersembunyi
77. Al-Wali - Maha Menguasai Urusan
78. Al-Muta’ali - Maha Suci/Tinggi
79. Al-Barr - Maha Bagus (Sumber Segala Kelebihan)
80. At-Tawwab - Maha Penerima Taubat
81. Al-Muntaqim - Maha Penyiksa
82. Al-’Afuww - Maha Pemaaf
83. Ar-Ra’uf - Maha Mengasihi
84. Malik Al-Mulk - Maha Pemilik Kekuasaan
85. Zhul-Jalali wal-Ikram - Maha Pemilik Keagungan dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit - Maha Mengadili
87. Aj-Jami’ - Maha Mengumpulkan
88. Al-Ghaniyy - Maha Kaya Raya
89. Al-Mughni - Maha Penberi Kekayaan
90. Al-Mani’ - Maha Membela/Menolak
91. Ad-Darr - Maha Pembuat Bahaya
92. An-Nafi’ - Maha Pemberi Manfaat
93. An-Nur - Maha Pemberi Cahaya
94. Al-Hadi - Maha Pemberi Petunjuk
95. Al-Badi’ - Maha Indah/Tiada Bandingan
96. Al-Baqi - Maha Kekal
97. Al-Warith - Maha Membahagi/Mewarisi
98. Ar-Rashid - Maha Pandai/Bijaksana
99. As-Sabur - Maha Penyabar

Proklamasi